Segala puji bagi ALLAH, kami memuji-NYA dan kami memohon pertolongan-NYA dan kami memohon keampunan-NYA, dan kami berlindung kepada ALLAH dari keburukan diri kami dan dari keburukan perbuatan kami. Sesiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tiadalah kesesatan baginya dan sesiapa yang disesatkan oleh ALLAH maka tiadalah petunjuk baginya. Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan Yang Berhak Di Ibadahi kecuali ALLAH yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-NYA dan kami bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba-NYA dan Rasul-NYA
"Sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru/diada-adakan (muhdats), dan setiap perkara yang baru/diada-adakan (muhdats) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesasatan tempatnya neraka."
Gulungan yang "Beramal Akhirat Untuk Mengejar Dunia" adalah seperti yang di jelaskan oleh Allah Azzawajalla dalam Firmannya.
Firman Allah Subhanahuwata'ala:
,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ...16
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16)
Firmannya lagi :
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ
"Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong." Al Baqarah : 86
Gulungan yang "Mengejar AKhirat Dengan Dunia" adalah seperti yang di jelaskan oleh Allah Azzawajalla dalam Firmannya.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? Al An'am : 32
Firmannya lagi :
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا
Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah keadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” [Al-Qashash : 77]
Ini lah kenyataan yang sering kita lihat pada umat Islam saat ini. Mereka memang gemar melakukan perkara-perkara Ibadah ,contonya puasa sunnah (iaitu puasa Isnin-Khamis dan lainnya), namun semata-mata hanya untuk menyehatkan badan sebagaimana di nasehat dari beberapa kalangan. Ada juga yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuan untuk memperlihatkan oleh manusia untuk kepentingan projek atau urusan perniagaan.
Begitu pula ada yang rajin bangun di tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan badan. Semua yang dilakukan memang suatu amalan yang baik tapi niatnya hanya sekadar kepentaingan diri sendiri..
Firman Allah Subhanahuwata'ala;
,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ...16
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16)
Yang dimaksud dengan “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia” iaitu barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat.
Yang dimaksud “perhiasan dunia” adalah harta dan anak.
Mereka yang beramal seperti ini: “niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”.
Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua diberikan bukan kerana mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan kerana rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah "yubkhosuun", iaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan dikurangi.
Ini bererti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari se Nikmat nya (sempurna).
Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan soleh, boleh jadi seseorang akan bertambah sehat, rezeki semakin mewah dan pekerjaan terus meningkat. Dan itu selayaknya yang mereka peroleh dan Allah ta'ala pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia tetapkan.
Apakah Balasan Nikmat yang mereka peroleh di akhirat?
Lihatlah firman Allah selanjutnya (yang ertinya),
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka”. Inilah akibat orang yang hanya beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja.
Sememangnya di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh pahala kerana mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’: 19)
Orang-orang seperti ini juga dikatakan: “lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”.
Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka. (Lihat penjelasan ayat ini di I’aanatul Mustafid, 2/92-93)
Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan solat malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk memperoleh kekayaan dunia, memewahkan riezeki, umur panjang, dan lain sebagainya.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu- menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Sesungguhnya orang yang riya’, mereka hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.”
Ibnu ‘Abbas juga mengatakan,
“Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, solat atau solat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan bahaginnya didunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti kerana mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.”
Perkataan yang sama dengan Ibnu ‘Abbas ini juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya.Qotadah mengatakan,
“Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan solehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlas dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.”
(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16)
Hanya Beramal Untuk Mendapat Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bahagian pun Di Akhirat
Kenapa seseorang beribadah dan beramal hanya ingin mendapat dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari dunia, maka sememangnya ia akan diberi.
Jika solat tahajud, puasa Isnin-khamis yang dia lakukan hanya ingin meraih dunia, maka dunia memang akan dia peroleh dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat? Sungguh di akhirat dia akan sangat merugi. Dia tidak akan memperoleh balasan di akhirat disebabkan amalannya yang hanya ingin mencari-cari dunia.
Namun bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu bahaginnya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” ( Asy Syuraa: 20)
Pelbagai Niat dan Amalan Untuk Memperoleh Dunia
Niat seseorang ketika beramal ada banyak tujuan:
[Pertama] Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bahagian nikmat pun. Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat.
[Kedua] Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan kerana keikhlasannya tidak sempurna.
[Ketiga] Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlas, hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, kerana semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk beramal soleh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. (Lihat Al Qoulus Sadiid, 132-133)